Gue sama temen gue, Echi, datang pas para petugas keamanan mulai sibuk dengan Handy Talky mereka, kasak-kusuk di mana posisi BJ. Habibie. Pas gue masuk ke kinokuniya, tempat acara itu ada di posisi pojok agak ke belakang. Dan hanya menempati ruang kecil, yang sempet bikin gue bingung, karena gak jelas di mana posisi antrinya.
Pas gue lagi bingung-bingung, lewatlah rombongan yang berjalan agak cepat, yang ternyata rombongan BJ Habibie yang didampingi istrinya plus segenap ajudan. Salah satu anaknya, Ilham, juga ada di sana.
Tanpa banyak basa-basi, BJ Habibie langsung duduk di meja yang udah disediakan, di sebelahnya duduk entah siapa (gue gak tahu, tapi looks familiar). Istrinya duduk di belakang beliau. Antrian sempat agak kacau, karena gak ada yang mengarahkan. Sementara para pasukan digital camera juga meringsek maju ke depan dengan posisi di samping para pengantri. Untung antrian gak terlalu panjang. Petugas yang mengatur, mereka kasih kesempatan untuk mengabadikan BJ Habibie yang sibuk menandatangani buku-buku itu.
Kita dikasih kertas kecil untuk nulis nama kita untuk di buku itu. Pas giliran gue, deg-deg-an juga sih… ‘Mantan orang no. 1 Indonesia, gitu lho…!. Tapi, gue rada kecewa, karena he didn’t even look on our face. Bukan apa-apa, maksud gue, selama proses penandatanganan buku-buku tersebut, Habibie hanya sibuk tanda tangan dan sesekali ngobrol sama orang di sebelahnya. Buku yang udah ditanda tangan juga dikasih lagi lewat asistennya yang sibuk mengoper-oper buku. Well… acara book signing yang gue bayangkan, gue pikir BJ Habibie akan menyempatkan sedikit say hello gitu… tapi ternyata nggak. Ya, kalo mau ngobrol sama si bapak di sebelahnya, gue yakin akan sangat banyak sesi tersendiri. Tapi, positive thinking aja deh, mungkin beliau punya acara yang amat sangat padat.
Suami gue sendiri yang datang belakangan, juga ikutan minta tanda tangan salah satu buku lama tentang BJ Habibie. Hehehe.. meski dia udah usaha untuk basa-basi dengan bilang, “Ini buku lama.” Tetap… si bapak mantan presiden itu hanya komentar ke si bapak pendamping.
Gak ada acara sesi foto bersama… hehehe.. gak mungkin lah ya… Yang ada, ‘sesi foto’ dadakan sama Adrie Subono yang kebetulan ada di sana. Maklum, si om-nya tuh yang lagi sibuk tanda tangan buku. Jadi, ada kejadian ‘norak’ plus sedikit ngeselin. Sementara gue lagi nunggu suami, gue sama Echi, ngeliat Adrie Subono lagi berdiri di pojokan. Temen gue itu bilang, “Mau gue fotoin sama Adrie Subono, gak?” Gue masih rada gengsi and males… akhirnya, dia yang memberanikan diri pasang muka untuk bilang, “Boleh foto bareng?” Si Adrie Subono, tentu saja mengiyakan dengan senyum (entah pasrah atau dipaksa ya?). Gue fotolah temen gue itu… sukses… dan gue pun akhirnya mau difoto… udah pasang senyum manis, dengan tanga Adrie Subono merangkul gue… tapi, pas gue liat hasilnya… “Haaaa… koq cuma gambar putih aja???!!!!” Entah apa yang dipenjet sama Echi, sampai hasilnya begitu… hahaha.. bukan rejeki gue untuk punya kenang-kenangan difoto sama Adrie Subono.
Lumayan banyak yang datang ke acara book signing itu. Meskipun gak ada antrian panjang. Tapi, pengunjung terus mengalir. Tapi… gak meninggalkan kesan mendalam di hati gue.
0 Response to "Book signing ‘Detik-Detik yang Menentukan’"
Posting Komentar